Mualem Aceh Referendum
Lama tidak berdiskusi tajam dan keras. Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Ketua DPA Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem, akhirnya mengeluarkan pendapat mengagetkan.
“Alhamudlillah, kita memandang saat ini, negara kita di Indonesia tidak terang soal keadilan dan demokrasi. Indonesia diambang kehancuran dari sisi apa saja, itu sebabnya, maaf Pak Pangdam, ke depan Aceh kita meminta referendum saja,” demikian itu tegas Mualem yang disambut tepuk tangan dan yel,,yel hidup Mualem.
Anggapan dan keinginan itu diperkenalkan Mualem dalam sambutannya pada peringatan Kesembilan Tahun (3 Juni 2010-3 Juni 2019), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, Senin (27/5/2019) malam.
Menurut Mualem, pihaknya sudah menganalisis dan menjalankan instropeksi diri terhadap bermacam kelemahan dan kemajuan yang perlu dibetulkan pada masa datang. Nah, berdasarkan pengalaman itulah berdasarkan Mualem, Aceh sepatutnya memandang dan meretas jalannya sendiri di masa depan.
“Karena, layak dengan Indonesia, tercatat ada bahasa, rakyat dan daerah (kawasan). Karena itu dengan kerendahan hati, dan agar tercium juga ke Jakarta. Cita-cita rakyat dan Bangsa Aceh untuk berdiri di atas kaki sendiri,” ungkap Mualem yang kembali mendapat tepuk tangan dari kader PA dan eks kombatan GAM yang hadir.
Mualem mengevaluasi, Indonesia tidak lama lagi akan dijajah asing. “Kita tahu bahwa Indonesia, sebagian saat lagi akan dijajah oleh asing, itu yang kita khawatirkan. Karena itu, Aceh lebih bagus mencontoh Timor Timur, mengapa Aceh tidak,” ujar Mualem.
Hadir saat itu, Plt Gubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kajati Aceh, Rektor Unsyiah Banda Aceh, Ketua Pengadilan Tinggi (masing-masing diwakili) serta para Bupati dan Walikota dari Partai Aceh, anggota DPRA Partai Aceh serta partai nasional
Kata Mualem, sebagian tokoh dan pengamat luar negeri seperti Australia, Jepang, Malaysia dan negara eropa lainnya, Indonesia tidak bisa diselamatkan lagi. “Dari pada kita dijajah orang lain, lebih bagus kita (Aceh) berdiri di atas kaki sendiri. Gampang-mudahan, ini adalah satu usaha dan pemikiran bangsa Aceh saat ini. Gampang-mudahan dengan niat kita semua, lebih bagus kita mencontoh Timor-Timur, Insya Allah,” tegas Mualem kembali yang disambut yel,,yel hidup Mualem dan “merdeka”.
Bendera bulan bintang di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh.
Mualem juga mengevaluasi. “Kita tidak bisa bayangkan lagi, permasalahan bangsa Indonesia, kian hari kian menumpuk. Indonesia terjerat pada bermacam permasalahan. Ini seperti nasib sebagian negara di Afrika. Ini perlu kita camkan, kita berkeinginan Indonesia ini dipimpin oleh sosok yang bagus. Gampang-mudahan aman dan damai semuanya,”tutup Mualem, mengakhiri sambutannya.
Nah, pantauan media ini usai acara buka puasa bersama hal yang demikian, sejumlah petinggi GAM, eks kombatan dan kader Partai Aceh, mendiskusikan kembali penyataan Mualem hal yang demikian. Mayoritas mereka mengungkapkan mensupport.
“Pane keumah lon ngon Indonesia, sabe-sabe tanyo dipeunget. Dipelueh ule, dimat iku (ndak mungkin lagi bersama Indonesia, senantiasa kita ditipu. Kalau bahkan dilepas kepala, ekor tetao di pegang),” ujar Ismal, yang mengaku salah seorang eks kombatan GAM Kawasan Aceh Besar. Akankah pernyataan Mualem ini memberi efek?
Sumber https://tegalsiana.blogspot.com/
Tidak ada komentar: