Asrama Papua di Surabaya Dilempari Karung Berisi Ular Piton
Usai hadapi pengepungan serta aksi rasialisme pada Agustus kemudian, saat ini Asrama Mahasiswa Papua di Jalur Kalasan Surabaya memperoleh dugaan teror oleh orang tidak diketahui.
Senin( 9/ 9), dekat jam 04. 19 Wib, para mahasiswa yang terletak di dalam asrama itu diguncang oleh aksi pelemparan beberapa ular ke dalam asrama.
" Pagi tadi dikala masih hitam, terdapat 4 orang berpakaian bandit menyudahi di depan asrama, mereka masukan ular, terdapat 3 ekor itu di dalam karung terbuka," kata salah satu penunggu asrama, Yoab Orlando, kepada CNNIndonesia. com.
Yoab menuturkan, paling tidak terdapat 3 ekor ular yang dilempar ke dalam asrama. Awal merupakan seekor ular berjenis piton, di dalam karung beras dimensi 15 kg. Kemudian terdapat 3 ular yang lain, terletak di dalam karung kain.
" Jika di dalam karung itu satu ekor, itu besar sekali, terus jika tiganya itu di dalam kain, baru dilempar langsung ke dalam. Kainnya tidak diikat keras, langsung ularnya tercerai itu( terlepas)," kata ia.
3 ekor ular lain yang terlepas itu, katanya, melata liar di pekarangan asrama
Yoab tidak ketahui tentu apa tipe ketiga ular yang terlepas tersebut. Dia serta pula penunggu lain di asrama itu takut ular yang lepas dia takut bila ular- ular itu nyatanya tipe ular berbisa, yang bisa mengecam keselamatan penunggu asrama.
Lebih lanjut, dikala penunggu asrama berupaya menangkap ular- ular tersebut, diprediksi pelakon pelemparan pernah memantau kondisi asrama tidak jauh dari posisi. Oleh sebab itu, mahasiswa yang mengenali keberadaan orang- orang itu juga berupaya mengejarnya.
" Kanak- kanak pernah kejar, tetapi( pelakon) lari, mereka pernah jatuhkan teropong. Mereka berpakaian bandit, 4 orang dengan 2 motor, tetapi aku tidak ketahui motor apa, ia lari lebih dahulu," katanya.
Yoab berkata, ini bukan kali awal mahasiswa Papua memperoleh teror. Tadinya terdapat pula aksi pelemparan cat oleh orang tidak diketahui sampai mengganggu spanduk bertuliskan Referendum is solution yang mereka pasang
Dia menerangkan atas alibi seperti itu para penunggu asrama sampai dikala ini tertutup kepada siapapun. Yoab pula berkata sebagian rekannya masih hadapi trauma usai dikala pengepungan asrama pada 16- 17 Agustus kemudian yang berujung diprediksi aksi rasialisme.
" Kami masih trauma, sebab suasana di Papua pula masih semacam itu," katanya.
Tidak ada komentar: